Rabu, 10 November 2010

METAMORF

1. , Magma yang membeku membentuk batuan beku. Batuan beku ini dapat mengalami pengangkatan, tersingkap di permukaan dan mengalami pelapukan dan erosi. Batuan ini terurai menjadi fragmen atau sedimen yang tertransportasi dan terendapkan pada suatu cekungan pengendapan. Sedimen ini kemudian mengalami litifikasi (pembatuan) melalui proses kompaksi (penekanan massa sedimen yang terendapkan di atasnya), atau proses sementasi alamiah dari presipitasi mineral di dalam air, kemudian membentuk batuan sedimen.
Bila batuan sedimen mengalami tekanan dan temperature yang tinggi, batuan ini akan berubah (bentuk, warna, densitas dan komposisi) menjadi batuan metamorf. Bila batuan metamorf ini mengalami pemanasan hingga titik leburnya, maka akan kembali membentuk magma. Seperti itulah gambaran ideal suatu siklus batuan.
2. a. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
o Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
o Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
o Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
o Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
b. Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
o Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
o Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
o Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
o Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
o Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
3. Struktur – struktur yang biasa dikenal pada batuan metamorf adalah :
a) Slaty cleavage : merupakan struktur foliasi planar yang dijumpai sebagai bibang – bidang belah pada batu sabak.

b) Granulose / hornfelsik : struktur yang tidak menunjukkan cleavage,merupakan bmozaik yang terdiri dari mineral yang equidimensional, hasil dari metamorphosis thermal
c) Filitik : terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai terjadi pemisahan mineral granular (segregasi) tetapi belum sempurna, lebih kilap daripada batu sabak.
d) Schistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral equigranular, mineralnya pipih orientasi tidak terputus – putus.10Petrologi batuan metamorf
e) Gneistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral equigranular, orientasi mineral pipih terputus – putus oleh mineral granular.
f) Milonitik : berbutir halus, menunjukkan gerusan – gerusan akibat granulation yang kuat.
g) Filonitik : gejala dan kenampakan mirip milonitik, tetapi sudah terjadi rekristalisasi dan menunjukkan kilap silky.
4. -. Metamorfosa termal, yang disebabkan oleh adanya kenaikan suhu akibat
terobosan magma atau lava. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi
dan reaksi antara mineral dan larutan magmatik serta penggantian dan
penambahan mineral.
-. Metamorfosa regional, terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan
pegunungan. Perubahan terutama disebabkan dominan oleh
tekanan.
-. Metamorfosa dinamik, yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi
atau deformasi intensif akibat patahan. Proses yang terjadi adalah
perubahan mekanis pada batuan, tidak terjadi rekristalisasi kecuali pada
tingkat _lonitik.
5



7.
a.



b. kuarsa,garnet,kalsit, feldspar, mika, dan amfibol.
Mineral-mineral umum yang terdapat dalam batuan metamorf antara lain:
1. Kwarsa : bentuk agak pipih atau mengkristal tak teratur berwarna agak mengkilap, putih jernih atau putih kehijauan.
2. Klorit : berwarna hijau, coklat, atau coklat kehitaman,bentuk terpilin atau bengkok, seperti tanah. Kilab viterous, kekerasan 1-2,5.
3. Feldsfar : Bentuk dan sifatnya sama dengan feldsfar dalam batuan beku atau agak pipih akibat tekanan.
4. Mika : bentuk lembar-lembar halus, dapat memberikan warna mengkilap. Terdapat banyak pada sekis dan gneis.
5. Andalusit : prismatik kasar, berwarna pudar, merah jambu sampai violet. Kilab viterous, kekerasan 5-7.
6. Glaukofan : kristal monoklin, perismatik seperti serat, batang atau butiran, pecahan konkoidal, warna biru abu-abu, biru kehitaman.
7. Kianit : bentuk kristal triklin, memanjang atau lempeng-lempeng, warna biru laut, kilab viterous, kekerasan 4-7.
8. Aktinolit : menjarum halus atau serupa serat-serat, warna hijau atau abu-abu kehijauan, kilab viterous seperti sutra.
9. Garnet : kristal sistem reguler, berbentu kubus, warna merah jambu hingga merah kecoklat atau merah tua, kilab viterous, transparan hingga opak.
10. Serpentin : bentuk seratan pipih atau seratan fleksibel warna merah kecoklatan dan hijau kekuningan,.
11. Talk : berbentuk granular, tipis-tipis semacam serabut, fleksible, warna hijau muda sampai hijau tua, kilab mutiara, kekerasan 1-2.
12. Kordierit : perismatik pendek, kompak atau granular, warna abu-abu kebiruan, hijau kuning atau tak berwarna, kilab viterous.
13. Silimatit : panjang-panjang tipis seperti jarum kadang-kadang bengkok, warna abu-abu, putih atau kuning pucat. Kilab viterous.
14. Tremolit : lempeng-lempeng berserat seperti asbes, granular. Warna putih, abu-abu, hijau, atau kuning, belahan prismatik, kilab viterous.
15. Wolanstonit : tabular atau prismatik, berserat-serat paralel, menyebar atau granular. Warna putih keabu-abuan atau tidak berwarna, kilab sutera.
16. Piroksin : perismatik pendek, warna coklat hingga hitam, belahan dua arah.
17. Olivine : berwarna hijau, kuning kecoklatan. Kekerasan 6 hingga 7.
18. Amphibole : perismatik panjang bersisi 6, warna hijau kehitaman, kilab viterous, kekerasan 5-6.

Minggu, 07 November 2010

Deskripsi batuan sedimen rijang

PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara      : Batuan Sedimen non karbonat                                                          Nama : Daud Rani S
Hari/ tgl   : Rabu 27-10-2010                                                                            Stb     : D 611 08 293


Perbesaran Total               : 50X Kedudukan (x,y) : 55,15
No.Urut                            : 01
No.Peraga                        : MM rijang
Jenis Batuan                      : Batuan sediment non karbonat





Kenampakan Mikroskopis :
Pada sayatan batuan ini didapatkan warna absorbsi yaitu orange dan warna interferensi yaitu putih abu-abu. Batuan ini memiliki tekstur non klastik. Terdapat mineral radiolarian(0,4mm), kuarsa dan semen silika
Deskripsi Material :
• Radiolaria
Memiliki warna absorbsi yaitu orange warna irterverensi abu-abu. Bentuk mineral subhedral-anhedral, pecahannya tidak rata, Pleokroisme dwikroik, indeks bias Nmin > Ncb. Ukuran mineral 20 x 0,02 = 0, 4mm. Bias Rangkap pada orde I bawah (0,009). W.I max abu-abu,
• Kuarsa
Memiliki warna absorbsi orange warna interverensi putih. Bentuk mineral subhedral – anhedral, Pleokroisme dwikroik, indeks bias Nmin > Ncb. Bias Rangkap pada orde I bawah (0,008). W.I max putih keabu-abuan, sudut gelapan 30 dengan jenis gelapan simetris. Material ini terdapat dalam bentuk mikrolit kuarsa dan vein kuarsa.
• Semen
Memiliki warna arbsorbsi hitam dan warna interverensi hitam , bentuk anhedral. Ukuran 5 x 0,02 = 0,1mm

Persentase Mineral :
Mineral                    I %           II%              III%                % Rata-Rata
Radiolarian              50             30                30                     36,66
Mikrolit kuarsa        15             20                20                     23,33
Semen                     20             20                20                     20
Vein kuarsa             15             30                30                      25


Nama Batuan : Rijang

Petrogenesa : Dari hasil pengamatan batuan ini merupakan batuan sediment non karbonat (sediment silika) dengan nama batuan rijang dengan tekstur non klastik , warna arbsorbsi orange dan warna interferensi keabu-abuan batuan ini tersusun atas material berupa cangkang radiolarian, kuarsa dan semen silika. Rijang adalah batuan sedimen silikaan berbutir halus. Batuan keras, kompak yang terbentuk oleh kristal kuarsa berukuran lanau (mikrokuarsa) dan kalsedon, sebuah bentuk silika yang terbuat dari serat memancar dengan panjang beberapa puluh hingga ratusan mikrometer.
Di atas lantai laut dan danau, kerangka silikaan dari organisme mikroskopik terakumulasi membentuk ooze silikaan. Organisme ini adalah diatom, terdapat di danau dan mungkin juga terakumulasi dalam kondisi laut, meskipun radiolaria lebih umum sebagai komponen utama ooze silikaan di laut. Radiolaria adalah zooplankton (hewan mikroskopik dengan gaya hidup planktonik) dan diatom adalah fitoplankton (tanaman mengambang bebas dan alga). Kemudian menstabil dan terekristalisasi membentuk silika calsedon. Rijang yang terbentuk dari ooze sering berlapis tipis dengan lapisan yang disebabkan oleh variasi jumlah material semen berukuran lempung. Rijang ini sangat umum dalam lingkungan laut dalam.
Beberapa rijang adalah hasil diagenesis , terbentuk oleh penggantian mineral lain oleh air kaya silika yang mengalir melalui batuan. Umumnya mengganti batugamping (contoh sebagai batuapi / flint dalam kapur). Batuan ini berasosiasi dengan endapan geosiklin (subduction Zone) serpih dan bijih besi. Batuan biasanya digunakan sebagai koleksi dan batuan hiasan

Referensi :
-. http://www.geofacts.co.cc/2010/02/sedimen-biogenik-kimia-dan- volkanogenik.html
- Ulva Ria Irvan,2010, Mineral Optik. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, Makassar; Indonesia.
- Kaharuddin,MS. 1988. Penuntun Petrologi. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. Makassar; Indonesia.
- Simon and Schusters. 1978. Rocks and Minerals. Simon ang Schuster Inc. New York, Toronto, Sidney; Tokyo.

Senin, 01 November 2010

batuan sedimen klastik

Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalmi diagenesa yakni, proses proses – proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.
Proses diagenesa antara lain :
A.     Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
B.     Sementasi
Yaitu turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir – butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
C.     Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
D.    Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
E.     Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.

sayatan petrologi