I.
LATAR BELAKANG
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material-material hasil
pelapukan batuan induk, baik aktivitas geologi atau proses kimia, fisika maupun
kerja dari organisme. Pada umumnya batuan sedimen pada lapangan panasbumi
terjadi akibat sedimentasi bahan lepas hasil suatu erupsi gunung api.
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation)
dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan
bumi.
I.1 JENIS BATUAN SEDIMEN
Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara,
iaitu;
1) Terbentuk dalam lembangan pengendapan atau dengan kata lain ianya tidak
mengalami proses pengangkutan. Sedimen sebegini dikenali sebagai sedimen autochthonous.
Antara sedimen yang termasuk dalam kumpulan ini ialah evaporit, batu kapur,
laterit.
2) Mengalami proses angkutan, atau dengan kata lain, puncanya daripada
kawasan luar lembangan, dan proses luluhawa, hakisan dan angkutan membawa
sedimen ini ke lembangan pengendapan yang baru. Sedimen ini dipanggil sedimen allochthonous.
Antara yang termasuk dalam kumpulan ini ialah konglomerat, volkanoklastik.
Selain daripada pengelasan di atas, batuan sedimen boleh dikelaskan kepada
beberapa jenis, bergantung kepada cara dan proses pembentukannya. Antara klas
batuan sedimen yang utama ialah;
- Terrigenous (detrital
atau berklas / klastik - clastic). Batuan klastik merupakan batuan
yang puncanya berasal daripada suatu tempat lain, dan telah diendapkan
dalam lembangan baru setelah mengalami proses pengangkutan. Antara nama
batuan utama yang terdapat dalam kumpulan ini ialah;
- Konglomerat atau breksia
- Batu pasir
- Batu lodak
- Syal
- Sedimen endapan kimia /
biokimia (Chemical/biochemical).
Batuan endapat kimia merupakan batuan yang terbentuk hasil daripada
pemendapan kimia daripada larutan, ataupun terdiri daripada endapan
hidupan bercangkang mineral karbonat atau bersilika atau berfosfat dan lain-lain..
Antara batuan yang tergolong dalam kumpulan ini ialah;
- Evaporit
- Batuan sedimen karbonat (batu kapur dan dolomit)
- Batuan sedimen bersilika (rijang)
- Endapan organik (batu arang)
- Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic
rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktiviti gunung
berapi. Debu-debu daripada aktiviti gunung berapi ini akan terendap seperti
sedimen yang lain. Antara batuan yang ada dalam kumpulan ini ialah;
- Batu pasir bertuf
- Aglomerat
Berbagai pengolongan dan penamaan batuan sedimen dikemukakan secara genesa,
antara lain Pettijohn (1975) dan W. T. Huang (1962) sebagai berikut:
- Batuan sedimen klastik, batuan yang terbentuk
dari pengendapan kembali detritur/pecahan batuan asal. Fragmentasi batuan
asal dimulai dari pelapukan secara mekanik maupun secara kimiawi, kemudian
tererosi dan tertransportasi menuju cekungan pengendapan. Setelah itu mengalami
diagenesa, yaitu proses perubahan yang berlangsung pada temperatur
rendah dalam suatu sedimen selama dan sesudah lithifikasi terjadi.
Proses diagenesa antara lain kompaksi, sedimentasi, sementasi, rekristalisasi, autogenesis dan metasomatis. Kompaksi adalah peristiwa termampatkan batuan sedimen satu terhadap lainnya akibat tekanan dari beban di atasnya. Sementasi adalah turunnya material diruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir sedimen. Rekristalisasi merupakan pengkristalan kembali mineral dari suatu larutan kimia selama genesa dan biasanya banyak dijumpai pada batuan karbonat. Autogenesis adalah terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik sehingga mineral tesebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen, dan umumnya diketahui sebagai karbonat, silika, klorit, illit dan gipsum. Metasomatik adalah pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral tanpa pengurangan volume asal. - Batuan sedimen non-klastik, batuan yang terbentuk
dari reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud
adalah kristalisasi langsung atau penggaraman unsur laut, pertumbuhan
kristal dari agregat (kumpulan) suatu kristal yang mengalami presipitasi
dan replacement (pengantian) (W. T. Huang, 1962).
Pemilahan batuan sedimen didasarkan
oleh: struktur, tekstur, komposisi mineral, ukuran butir, pemilahan (sorting),
derajat kebundaran (roundness), matriks, sementasi serta bidang pelapisan.
Secara genetik
batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Batuan piroklastik, Batuan piroklastik adalah
batuan vulkanik yang bertekstur klastik hasil erupsi gunung api eksplosif
dengan material penyusunnya berbeda.
- Batuan sedimen tufan, Batuan sedimen tufan adalah
batuan yang terbentuk akibat debu vulkanik yang jatuh pada cekungan
sedimen dimana proses sedimentasi berlangsung dan terjadi pencampuran.
- Batuan epiklastik, Terbentuk dari sedimentasi
campuran bahan rombakan batuan piroklastik dengan batuan epiklastik baik
yang bersifat vulkanik maupun yang non-vulkanik, sehingga menurut William
(1954) diberi nama sesuai dengan ukurannya dan masing-masing diberi kata
vulkanik. Batuan epiklastik dapat terjadi karena pencampuran batuan
sedimen vulkanik dengan batuan vulkanik melalui proses aliran langsung
dari pusat erupsi gunung api.
II.
TEKSTUR BATUAN SEDIMEN
II.1 TEKSTUR
Tekstur merupakan
pokok bahasan (subyek) yang sangat penting dalam batuan sedimen. Pemerian
secara lengkap dan rinci tekstur batuan sedimen akan sangat membantu dalam
interpretasi lingkungan dan proses pengendapan serta kondisi batuan asal atau
induknya. Pada hakekatnya tekstur menggambarkan tentang keadaan fisik kepingan
(fragmen) dan hubungan yang terjadi diantara kepingan. Dalam beberapa hal
tertentu, tekstur difinisikan sebagai aspek
geometri dari kepingan suatu batuan. Ada tiga faktor yang sangat penting
dalam tekstur, yakni: besar butir, bentuk butir dan fabrik (hubungan antar
butir). Bentuk butir terdiri atas bentuk butiran itu sendiri, kebundaran butir
dan tekstur permukaan atau rona mikro dari butiran.
Gambar I.1: Unsur batuan sedimen klastika yang umumnya
terdiri atas
butir
atau fragmen, matriks, semen dan pori atau sarang.
I.2.A Ukuran butir
Ukuran butir merupakan salah satu dari ciri batuan
sedimen yang sangat penting. Pada batuan sedimen klastik ukuran butir berkisar
dari ukuran lempung sampai bongkah. Para ahli batuan sedimen pada umumnya
sangat memperhatikan tiga aspek dari ukuran butir (Boggs, 1995):
a.
cara mengukur ukuran butir
dan bagaimana menyajikannya,
b.
metoda analisa data ukuran
butir yang umumnya sangat banyak, dan bagaimana menyajikannya dalam statistik
sehingga mempermudah interpretasinya,
c.
asal-muasal yang signifikan
dari semua data itu.
Pada tahun 1922, C.K.Wenworth memperkenalkan suatu skala
(sekarang terkenal dengan nama skala
Wenworth) yang sekarang dipakai sebagai standar ukuran butir (Tabel I.1).
Walaupun sudah ada skala besar butir dari Wentworth tetapi untuk
menggambarkan statistik dengan baik ukuran butir yang begitu beragam untuk
batuan sedimen masih mengalami kesulitan. Hal lebih disebabkan karena ukuran
batuan sedimen magnitut dari setiap kelas berbeda dan juga lebih disebabkan
umumnya ukuran butir merupakan bilangan pecahan dalam milimeter. Hal ini tentu
menyulitkan dalam penggambaran dalam grafik. Ini dapat dihindari dengan cara
memakai logaritma. Phi () adalah skala logaritma yang didasarkan pada rumus:
= -log2S
dimana adalah ukuran phi dan S merupakan ukuran butir dalam
milimeter. Dalam Tabel I.1 tampak bahwa peningkatan nilai negatif phi
menunjukkan peningkatan nilai ukuran dalam milimeter. Sebaliknya, peningkatan
nilai positif phi menunjukkan penurunan ukuran dalam milimeter.Pada umumnya
ukuran butir sedimen akan semakin halus searah dengan transportasi, sebaliknya
akan semakin kasar ke arah asal sedimen. Ukuran butir juga akan semakin halus
sejalan dengan menurunnya energi. Energi yang lebih kuat akan membawa butir
yang lebih besar, sebaliknya energi yang lebih lemah membawa butir yang lebih
kecil.
Pemilahan atau sortasi butir batuan sedimen adalah kisaran ukuran butir di
sekitar ukuran rata-rata. Di lapangan atau di laboratorium pemilahan butir
dapat diketahui dengan memakai lensa pembesar atau di bawah mikroskop dengan
acuan gambar baku (Gambar I.2).
Tabel
I.1: Ukuran butir batuan sedimen berdasarkan skala Wenworth dan kesebandingan
dengan phi ().
AYAKAN
(standard Amerika)
|
MILIMETER
|
Phi ()
|
KETERANGAN
|
|||
4096
|
-12
|
Bongkah (boulder)
|
||||
1024
|
-10
|
|||||
256
|
256
|
- 8
|
||||
64
|
64
|
- 6
|
Berangkal (cobble)
|
|||
GRAVEL
|
16
|
- 4
|
Kerakal (pebble)
|
|||
5
|
4
|
4
|
- 2
|
Kerikil (granule)
|
||
6
|
3,36
|
- 1,75
|
||||
7
|
2,83
|
- 1,5
|
||||
8
|
2,38
|
- 1,25
|
||||
10
|
2,00
|
2
|
- 1,0
|
|||
12
|
1,68
|
- 0,75
|
||||
14
|
1,41
|
- 0,5
|
Pasir sangat kasar
|
|||
16
|
1,19
|
- 0,25
|
(very coarse sand)
|
|||
18
|
1,00
|
1
|
0,0
|
|||
20
|
0,84
|
0,25
|
||||
25
|
0,71
|
0,5
|
Pasir kasar
|
|||
30
|
0,59
|
0,75
|
(coarse sand)
|
|||
PASIR (SAND)
|
35
|
0,50
|
1/2
|
1,00
|
||
40
|
0,42
|
1,25
|
||||
45
|
0,35
|
1,5
|
Pasir sedang
|
|||
50
|
0,30
|
1,75
|
(medium sand)
|
|||
60
|
0,25
|
1/4
|
2,0
|
|||
70
|
0,210
|
2,25
|
||||
80
|
0,177
|
2,5
|
Pasir halus
|
|||
100
|
0,149
|
2,75
|
(fine sand)
|
|||
120
|
0,125
|
1/8
|
3,0
|
|||
140
|
0,105
|
3,25
|
||||
170
|
0,088
|
3,5
|
Pasir sangat halus
|
|||
200
|
0,074
|
3,75
|
(very fine sand)
|
|||
230
|
0,0625
|
1/16
|
4,0
|
|||
270
|
0,053
|
4,25
|
||||
325
|
0,044
|
4,5
|
Lanau kasar
|
|||
0,037
|
4,75
|
(coarse silt)
|
||||
LANAU (SILT)
|
0,031
|
1/32
|
5,0
|
|||
0,0156
|
1/64
|
6,0
|
Lanau sedang
|
|||
0,0078
|
1/128
|
7,0
|
Lanau halus
|
|||
0,0039
|
1/256
|
8,0
|
Lanau sangat
halus
|
|||
0,0020
|
9,0
|
|||||
0,00098
|
10,0
|
|||||
LEMPUNG
|
0,00049
|
11,0
|
Lempung (clay)
|
|||
(CLAY)
|
0,00024
|
12,0
|
||||
0,00012
|
13,0
|
|||||
0,00006
|
14,0
|
1.
sifat arus,
arus yang relatif konstan akan menghasilkan pemilahan yang lebih baik
dibandingkan dengan arus yang mempunyai kekuatan yang berfluktuasi sangat besar
dari lemah sampai kuat.
I.2.B Bentuk butir
Bentuk butir (shape) merupakan uraian yang mencakup morfologi
butiran, termasuk bentuk keseluruan (form), kebundaran (roundness) dan tekstur permukaan
dari suatu butiran atau kepingan (fragmen). Bentuk umum merupakan gambaran
keseluruhan dari butir, sehingga akan menggambarkan secara tiga demensi suatu
butiran. Kebundaran umumnya diukur dari ketajaman bentuk ujung dari suatu
butiran, umumnya hanya digambarkan dalam dua demensi. Sedangkan tektur
permukaan mengacu pada relief permukaan suatu butir, seperti goresan dan lobang
pada permukaan butiran. Perubahan dari bentuk butir ini dapat disebabkan oleh
abrasi terjadi pada waktu transportasi atau pelarutan atau sementasi pada waktu
diagenesa. Hubungan antara bentuk umum, kebundaran dan tekstur permukaan dapat
dilihat pada Gambar I.3, sedangkan derajad kebundaran pada Gambar I.4.
I.2.C
Fabric
Fabrik merupakan sifat dari sekumpulan butir yang dipengaruhi oleh
orientasi butir dan kemasan atau packing.
Kemasan terutama dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir dan derajat
kekompakan. Orientasi butir dan kemasan ini mempengaruhi sifat batuan sedimen
secara keseluruhan seperti berat jenis, kesarangan (porositas) dan kelulusan
(permeabilitas).
Butiran dari batuan sedimen dapat berbentuk kepingan (platy) atau
bulat lonjong (Boggs, 1995). Ke dua
bentuk ini mempunyai kecenterungan orientasi yang berbeda, yang kepingan akan
cenderung terbaring sejajar dengan bidang perlapisan atau permukaan
pengendapan. Sedangkan butiran lonjong, sumbu terpanjangnya cenderung sejajar
dan mengarah ke tempat tertentu. Orientasi butir ini sangat tergantung dari
proses transportasi dan pengendapan, serta kecepatan arus dan kondisi lainnya
di tempat pengendapannya.
Jika suatu butiran batuan sedimen mempunyai bentuk memanjang
dengan salah satu ujungnya tumpul, seperti tetesan air mata, maka bagian tumpul
inilah yang merupakan bagian yang lebih stabil dibandingkan ujung lainnya.
Sehingga ujung tumpul ini akan mengarah asal arus atau ujung yang lebih runcing
ke arah aliran arus. Pasir dapat membentuk struktur pergentengan (imbrikasi)
dengan sumbu panjangnya membentuk sudut kecil (kurang 20o) dengan
arah asal arus (Boggs, 1995).
I.3. Porositas dan
permeabilitas
Seperti telah diterangkan di depan bahwa batuan sedimen klastik
umumnya terdiri atas butir, matriks dan semen. Di samping itu batuan sedimen
sering kali mempunyai lubang atau pori yang tidak ditempati oleh butir, matriks
atau semen. Pori pori ini sangat penting artinya dalam eksplorasi minyak bumi
dan air tanah. Para ahli geologi yang mendalami minyak bumi (petroleum
geologist) dan air tanah (geohydrologist) sangat sadar pentingnya sifat-sifat
pori ini.
I.3.A Difinisi
Kesarangan atau porositas dari suatu batuan adalah perbandingan
antara jumlah total pori dan total volume, mudahnya
Total pori
Kesarangan
= ---------------- X 100%
Total volume
Kesarang yang dihasilkan dari rumus ini sering disebut kesarangan
mutlak (absolute porosity). Para ahli geologi yang berkecimpung dalam minyak
bumi dan air tanah lebih senang dengan kesarang efektif (effective porosity),
yakni perbandingan antara jumlah pori-pori yang saling berhubungan dan volume
keseluruhan.
I.3.B Jenis Kesarangan
Klasifikasi kesarangan yang ditampilkan dalam Tabel I.2
menunjukkan bahwa kesarangan dapat dikelompokan menjadi dua: kesarangan primer
yang terbentuk pada waktu proses pengendapan batuan atau segera setelah
pengendapan dan kesarangan sekunder yang tumbuh setelah proses pengendapan
berlangsung. Kesarangan primer dipengaruhi oleh 5 faktor penting, yakni besar
butir, pemilahan, bentuk butir, kebundaran dan kemasan.
a. Kesarangan antar butir (intergranular)
Kesarangan
antar butir adalah ruang (space) yang terdapat di antara butir-butir dalam
batuan sedimen (Gambar I.5a). Kesarangan jenis ini sangat penting dalam batuan
sedimen dan hadir pada hampir semua batuan sedimen. Meningkatnya diagenesa
batuan biasanya diikuti menurunnya porositas jenis ini.
b. Kesarangan dalam butir (intragranular)
Dalam
batuan karbonat kesarangan hadir dalam butir atau kepingan batuan. Ini dapat
berupa rongga yang ada pada fosil seperti moluska, koral, briozoa dan fosil
renik lainnya seperti foraminifera (Gambar I.5b). Kesarangan jenis ini akan
cepat menurun setelah proses diagenesis berlangsung.
c. Kesarangan antar kristal
(intercrystalline)
Kesarangan
antar kristal terbentuk di antara individu kristal (Gambar I.5c). Porositas
jenis ini sering dijumpai pada batuan sedimen evavorasi, batuan beku dan batuan
malihan. Sering juga dijumpai pada batuan sedimen yang mempunyai pertumbuhan
kristal baik seperti dolomit. Fenestral adalah ruang primer pada kemasan batuan
sedimen lebih besar dari celah pada batuan yang dikuasi butir
(grain-supported). Kesarangan jenis ini sangat umum dijumpai pada batuan
karbonat, tidak saja pada karbonat berukuran pasir, tetapi juga batuan halus dari endapan lagun
atau intertidal. Dehidrasi,
litifikasi dan keluarnya gas kehidupan mengakibatkan perarian (laminae)
mengkerut, sehingga membentuk fenestral
di antara perarian.
Tabel I.2: Klasifikasi kesarangan
JENIS
|
MULA JADI
|
||
a.
Antar butir (intergranular) atau
|
|||
I
|
Primer
|
antar partikel (interparticle)
|
Sedimentasi
|
b.
Dalam butir (intragranular) atau
|
|||
antar partikel (intraparticle)
|
|||
c.
Antar kristal (intercrystalline)
|
Sementasi
|
||
d.
Fenetral
|
Sementasi
|
||
II
|
Sekunder
|
e.
Moldic
|
Pelarutan
|
f.
Vuggy
|
Pelarutan
|
||
g.
Retakan (fragture)
|
Gerakan tektonik, kompaksi
atau dehidrasi
|
d. Kesarangan fenestral (Gambar I.5d)
Umumnya
ditemukan pada batuan karbonat dan terbentuk karena dehidrasi, litifikasi dan
pengeluarag gas; sehingga membentuk rongga mendatar.
e. Kesarangan moldic (Gambar I.5e)
Mold adalah pori atau rongga yang disebabkan oleh pelarutan butir
atau fragmen, umumnya akibat sementasi. Pelarutan dapat terjadi secara
terpilih, hanya pada satu jenis butir. Sehingga kesarangan moldic ini dapat dibagi lagi, misalnya oomoldic, dan pelmoldic atau
biomoldic.
f. Kesarangan vuggy (Gambar I.5f)
Seperti halnya kesarangan moldic,
kesarangan vuggy terbentuk pada
batuan karbonat. Kesarangan ini dibedakan dengan kesarangan moldic, karena vuggy memotong fabrik pengendapan primer
dari batuan. Kesarangan vuggy
cenderung lebih besar dari kesarangan moldic.
g. Kesarangan retakan (fragture)
Kesarangan
jenis ini terbentuk oleh retakan, umumnya dalam batuan getas (brittle), yang
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya tektonik.
h. Kesarangan stromatactis
Kesarangan stromatactis banyak ditemukan pada lereng “gundukan
lumpur” (mudmound) Pleozoik di seluruh dunia (Sellet, 1988),dengan panjang
sekitar 10 cm dan tinggi 1-3 cm.
III.
TEKSTUR DEFORMASI
Batuan Sedimen (sedimentary rocks)
merupakan batuan yang terbentuk akibat pengendapan bahan rombakan batuan hasil
denudasi, desintegrasi, dekomposisi ataupun hasil kegiatan organisme, yang
mengalami sementasi dan kompaksi (litifikasi).
Denudasi adalah kumpulan proses yang
mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan
suatu batuan. Dekomposisi merupakan perubahan atau penggantian komposisi pada
batuan. Desintegrasi adalah hilangnya keterikatan antara molekul-molekul
penyusun batuan.
Proses kompaksi pada umumnya terjadi akibat terbebaninya lapisan akibat
sedimen yang berada diatasnya, sehingga menyebabkan hubungan antar butir
menjadi lebih dekat dan juga air yang terkandung dalam pori-pori lapisan
tertekan keluar.
Proses Sementasi adalah proses dimana butiran-butiran sedimen
direkatkan oleh material lain, dapat berasal dari air tanah atau hasil
pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Material semennya dapat
berupa karbonat (CO3), silika (Si), atau oksida (Fe)
• Material Sedimen dapat berupa:
• Material Sedimen dapat berupa:
1. Fragmen atau mineral dari batuan lain, contoh: kerikil, pasir
pantai, dan lumpur laut
2. Hasil proses kimia seperti garam di danau
payau dan kalsium karbonat (CaCO3) di laut dangkal
3. Material organik seperti bekas terumbu koral di laut
• Batuan Sedimen terbagi 2 atas genesisnya atau proses pembentukannya,
yaitu:
Batuan sedimen klastik terbentuk akibat pengendapan kembali detritus
atau pecahan-pecahan batuan asal, dapat berupa batuan beku, sedimen atau
metamorf.
Contoh:
Contoh:
2. Batuan Sedimen
Non Klastik(klik link)
Batuan sedimen non klastik terbentuk sebagai hasil reaksi kimia
(presipitasi, segregasi, dan metamorfisma), atau akibat hasil kegiatan
organisme.
Contoh:
IV.
KESIMPULAN
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material-material hasil
pelapukan batuan induk, baik aktivitas geologi atau proses kimia, fisika maupun
kerja dari organisme
Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu;
1) Terbentuk dalam lembangan pengendapan atau dengan kata lain ianya tidak
mengalami proses pengangkutan. Sedimen sebegini dikenali sebagai sedimen autochthonous.
Antara sedimen yang termasuk dalam kumpulan ini ialah evaporit, batu kapur,
laterit.
2) Mengalami proses angkutan, atau dengan kata lain, puncanya daripada
kawasan luar lembangan, dan proses luluhawa, hakisan dan angkutan membawa
sedimen ini ke lembangan pengendapan yang baru. Sedimen ini dipanggil sedimen allochthonous.
Antara yang termasuk dalam kumpulan ini ialah konglomerat, volkanoklastik.
Maka Batuan Sedimen (sedimentary rocks) merupakan batuan yang terbentuk akibat
pengendapan bahan rombakan batuan hasil denudasi, desintegrasi, reaksi kimia
ataupun hasil kegiatan organisme, yang mengalami sementasi dan kompaksi
(litifikasi).
V.
DAFTAR PUSTAKA
sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com
kuningtelorasin.wordpress.com/batuan-macam-dan-pembentukannya/
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK
GEOLOGI
TUGAS PETROGRAFI
TEMA :
PETROGRAFI SEDIMEN
TEKSTUR SEDIMEN
(DEFORMASI)
OLEH
DAUD RANI .S
D61108293
MAKSSAR
2011